GOOGLE

Rabu, 19 Februari 2014

Pulau Menjangan



Pulau Menjangan
Objek wisata Pulau Menjangan terletak di Utara Pulau Bali yang merupakan wilayah teritorial Kabupaten Buleleng. Menjangan merupakan sebuah pulau yang tidak berpenghuni oleh manusia, cuma satwa yang dilindungi yaitu menjangan yang mendominasi kehidupan di sini, Pulau Menjangan memiliki luas 6.000 hektar yang merupakan daerah kepulauan sendiri seperti Nusa Penida dan Lembongan. Tapi pulau tak berpenghuni ini, menjadi incaran para maniak diving yang menginginkan sensasi menyelam yang dengan eksotisme tinggi di Bali. Di Pulau Menjangan ada beberapa pura, yang sering di kunjungi juga oleh penduduk lokal yang akan melakukan persembahyangan. 



Aktifitas wisata terbaik disini adalah Diving dan snorkeling,  menyelam di Pulau menjangan bisa dilakukan sepanjang musim, seperti spot diving lainnya seperti amed dan Tulamben. Mengunjungi Pulau Menjangan, anda melakukan penyebrangan dari Labuhan Lalang di Desa Sumber Kelampok, Kec Gerokgak, Buleleng untuk menuju ke Pulau Menjangan butuh waktu sekitar 20 menit. Labuhan lalang terletak sekitar 50 km dari objek wisata Lovina, 10 km dari Pemuteran. Jika anda mau melakukan perjalan tour terutama diving ke Pulau Menjangan, kami sarankan untuk menginap di Pemuteran yang merupakan tempat terdekat dari Pelabuhan Lalang, yang sudah ada fasilitas homestay sampai hotel berbintang. Karena dari Bandara Ngurah Rai, Badung, Kuta maupun Denpasar memerlukan waktu sektra 3.5 jam perjalanan dengan kendaraan.
 




Pulau Menjangan merupakan kawasan Taman Nasional Bali Barat, tempat ini sudah terkenal dikalangan tourist mancanegara, sebagai tempat diving dan snorkeling terbaik di dunia, karena lokasinya yang cukup jauh di ujung Utara pulau bali,membuat tempat ini masih jarang dikunjungi oleh wisatawan domestik, tapi bagi mereka pecinta wisata air yang membutuhkan pengalaman liburan dengan sensasi yang berbeda, tidak akan menjadi masalah. Pemandangan bawah laut menyelam di kawasan ini memang cukup indah, apalagi saat di kedalaman 40 meter, sebuah palung laut dengan jurang yang dipenuhi berbagai jenis ikan dan terumbu karang.



Jumat, 31 Januari 2014

Pengertian Nyepi


Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.
Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.
Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan
Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada "tilem sasih kesanga" (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Caru yang dilaksanakan di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) disertai tetabuhan arak/tuak. Buta Yadnya ini ditujukan kepada Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.
 
Puncak acara Nyepi
Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisan, sasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan "Catur Brata" Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.
Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).
Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan pada tahun yang baru.
Ngembak Geni (Ngembak Api)
Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada "pinanggal ping kalih" (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.